Sumber : The Power of Story Telling
Semut merah tidak mempedulikan cacian dan hinaan semut hitam, dalam hatinya dia berharap untuk bisa pergi haji. Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba ada sebuah koper yang berhenti persis di depannya.
“Semut merah naik haji”
-Kak Mal-
Pagi itu, semut merah tidak mau makan, dia tidak
henti-hentinya memikirkan bagaimana caranya bisa berangkat haji.
“Hai semut merah sedang apa?” semut hitam bertanya memecah
kebuntuan.
Semut merah menjawab singkat, “Aku ingin pergi haji.”
“Hah, pergi haji? Ha…ha…ha” semut hitam meledeknya.
“Mana mungkin kamu bisa pergi haji. Kamu kan badannya kecil.
Terus bagaimana nanti saat menyeberang lautan. Ha…ha…ha… Aku saja yang besar
tidak bisa,” kata semut hitam kembali merendahkan semut merah, yang memang
postur tubuhnya lebih kecil daripada semut hitam.
Semut merah tidak mempedulikan cacian dan hinaan semut hitam, dalam hatinya dia berharap untuk bisa pergi haji. Ketika dia sedang berjalan, tiba-tiba ada sebuah koper yang berhenti persis di depannya.
“Wah, jangan-jangan ini koper orang yang mau pergi haji?”
Semut merah bertanya pada dirinya.
Akhirnya, setelah berpikir agak lama, semut merah bertekad
untuk masuk ke dalam koper itu, tidak peduli mau dibawa ke mana, tapi dia
sangat berharap koper itu benar-benar milik orang yang akan berangkat haji.
Beberapa saat kemudian koper itu bergerak masuk ke ruangan yang sangat gelap
sekali.
“Ruangan apa ini?” kata semut merah dalam hatinya.
Selanjutnya semut merah keluar dari koper tempat
persembunyiannya. Semut merah memperhatikan tempat di sekelilingnya. Dia
berjalan-jalan hingga sampai ke tepi jendela.
“Hah… apakah aku sedang di udara?” pikir semut merah. Dia
memperhatikan bentangan awan-awan putih yang tertata rapi.
Selanjutnya, semut merah merasakan hentakkan yang sangat
keras, dan dia terpelanting, untung saja dia jatuh ke atas kursi sehingga tidak
menimbulkan luka, semut merah kembali ke koper tempat dia bersembunyi.
Setelah beberapa saat koper itu diangkut mobil menuju tempat
peristirahatan. Semut merah merasakan lapar yang mendalam sehingga dia keluar
dari tempat persembunyiannya untuk mencari makan. Tidak memerlukan waktu yang
lama, semut merah akhirnya menemukan makanan yang sangat berlimpah.
Tiba-tiba di saat sedang menikmati makanan itu datanglah
segerombolan semut yang sedang mencari makanan.
“Hai semut merah, sepertinya aku belum pernah melihat kamu,
kamu dari mana?” kata pemimpin semut yang baru datang itu.
“Aku dari Indonesia,” kata semut merah singkat.
“Hah… bagaimana mungkin kamu dari Indonesia?” kembali semut
itu bertanya. Dia tidak percaya dengan apa yang disampaikan semut merah. Semut
merah menceritakan perjalanannya dari rumah sampai akhirnya tiba di tempat itu.
Kelompok semut itu sangat kagum tentang keberanian yang
dimiliki semut merah. “Baiklah kalau begitu. Bagaimana kalau aku mengantarmu
untuk pergi ke Mekah,” kata pimpinan semut itu sambil tersenyum.
“Memangnya kalian tahu Mekah?” semut merah kembali bertanya.
Setelah semut merah mendapatkan penjelasan dari para semut itu, akhirnya mereka
berangkat ke Mekah dengan bis angkutan haji.
Proses haji mereka ikuti dengan sembunyi-sembunyi di balik
pakaian manusia. Mereka melakukannya sama seperti yang manusia lakukan. Setelah
proses haji itu selesai, semut merah pamit kepada teman-temannya. Dia juga
berfoto bersama mereka di Masjidil Haram, untuk membuktikan kepada semut hitam
bahwa dia baru saja pulang haji.
Hikmahnya cerita ini adalah pertama, tidak boleh menyepelekan
kemampuan orang lain; kedua tidak boleh putus asa; dan ketiga harus berani
mencoba.


0 comments:
Post a Comment